Sabtu, 29 Maret 2014

Kegiatan Observasi Ke MI Darul Ulum Ngaliyan Semarang









Kegiatan Observasi  Kelas A kelompok 2 terdiri dari 15 orang:

DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN OBSERVASI
DI MI DARUL ULUM WATES NGALIYAN SEMARANG
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)
TAHUN AKADEMIK 2013/2014





KETUA                       : RIYANTO
SEKRETARIS             : LINAWATI
BENDAHARA             : ALIFAH
ANGGOTA                  : 1. SITI MAHMUDAH NURYATI
   2. IMAM SUPRIONO
   3. AKHMAD MUASIP
   4. MISBAHUDIN
   5. FUAD HASYIM
   6. MUHAMMAD BURHANUDDIN
   7. SYAKUR WIDI HIDAYAT
   8. SOLICHUN, S.Pd.I
   9. SYAFIQ AHMAD
  10. RIF`AN
  11. SUGIRNO
  12. ABDUH AL MUSTOFA
Observasi dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014 s/d 27 Maret 2014 di sekolah mitra (MI Darul Ulum) Desa wates Kecamatan Ngaliyan kota semarang

Kamis, 27 Maret 2014

Guru MI Walisongo Kalangan:
1. Anita Hendrastuti, SP, S.Pd.I : Kepala Madrasah
2. Alwanudin, S.Pd.I
3. Mulyadi, S.Sn
4. Linawati, S.Pd.I
5. Siti aminah, S.pd
6. Dra. Sri Susanti
7. Sri Lukmawati, S.Pd.I
8. Kurnianto, S.Pd.I
9. Alim Nur Hidayah, S.Pd.I




Artikel Sistem Pendidikan di Indonesia



Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia
Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

PORSENI MI Tingkat Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo








 Kegiatan Lomba Porseni MI Tingkat Kecamatan Bendosari pada tanggal 27 Agustus 2012
1. Juara 1 Kaligrafi Putra  : Sahid
2. Juara 1 Kaligrafi Putri   : Anindesqy Nuraini
3. Juara 1 Tenis meja Putri : Mawar Utami
4. Juara 2 Tenis meja Putra : Ardiyanta Febrilian
5. Juara 2 Pidato BhsInggris  Putra : Nur Faiz Dwibowo Pamungkas
6. Juara 2 Catur Putra : Dani Al Prasetyo
7. Juara 3 Lari 200m Putra : Jarwanto
8. Juara 3 lari 60 m putra : Jarwanto
9. Juara 3 Pidato bahasa jawa Putri : Isnaini Zahroh Nur Azizah
10. Juara 3 pidato Bahasa Indonesia putri : Lisa Diyah Kurniawati


Juara 3 Kaligrafi PORSENI tingkat Kabupaten Sukoharjo


Anindesqi Nuraini 
Juara 3 Kaligrafi Putri PORSENI MI tingkat Kabupaten  Sukoharjo yang dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2012

Kegiatan Kalangan Kreatif





 
Peningkatan potensi siswa dan pameran hasil karya siswa  dalam kegiatan " Kalangan Kreatif 2012" yang diselenggarakan oleh MI Walisongo Kalangan pada tanggal 02 juni 2012

Rabu, 19 Maret 2014

KEGIATAN SEKOLAH




·   Kegiatan KKG MI Walisongo Kalangan dilaksanakan setiap hari Sabtu sampai jam 14.00 WIB untuk meningkatkan kinerja guru-guru MI Walisongo Kalangan dan untuk mengecek persiapan Akreditasi yang diikuti seluruh guru MI Walisongo kalangan
·  Kegiatan pelatihan mempersiapkan lomba Adzan, tilawah,Futsal, melukis yang akan dilaksanakan setiap hari, Kegiatan Lomba Akan Dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2014 di MTsN Sukoharjo
·       Setiap hari selasa pagi MI Walisongo Kalagan mengadakan tahsin untuk semua siswa yang dipimpin oleh ibu Umi Mursyidah, BA